Assalammualaikum Sahabat Muhammad Ali Life, dewasa ini Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada umatnya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Ibnu Abbas mengisahkan, Rasulullah senantiasa keluar rumah bersama istri-istri dan anak-anaknya pada dua hari besar ummat Islam tersebut. Ini adalah bagian dari syiar Islam.
Rasulullah keluar rumah untuk menuju tempat shalat. Kedua shalat itu merupakan sunah muakad. Menurut Sayyid Sabiq melalui karyanya, Fiqih Sunnah, shalat Idul Fitri lebih utama dilakukan di lapangan. Boleh digelar di dalam masjid, dengan catatan karena ada halangan, seperti hujan atau bentuk halangan lainnya.
Sayyid mengatakan, Nabi Muhammad biasa menunaikan shalat hari raya di lapangan dan tak pernah menjalankannya di masjid. “Hanya sekali itu terjadi saat turun hujan,” kata dia.
Sebelum shalat di lapangan, Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah dalam bukunya Fiqih Wanita mengatakan, disunahkan bagi umat Muslim untuk mandi, mengenakan pakaian dan wewangian terbaik yang dipunyai. Menurut Anas bin Malik, Rasulullah menekankan kedua hal itu, bahkan beliau mempunyai pakaian khusus yang dipakainya pada hari Jumat dan hari raya.
Bagi perempuan, pemakaian wewangian tersebut sebaiknya tak berlebihan sehingga tak terjerembap ke dalam perbuatan dosa. Sebelum berangkat ke tempat shalat, ada hal lain yang dicontohkan Rasulullah, yaitu makan. Rasul mengonsumsi kurma dalam jumlah ganjil. Ibnu Qudamah menyatakan, tak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini.
Semua perempuan pada masa itu, baik itu janda, yang masih gadis, juga perempuan lanjut usia bahkan yang sedang haid dianjurkan untuk melangkahkan kakinya menuju lapangan agar dapat menyaksikan kebaikan dan doa kaum Muslim. Saat khotbah, misalnya, mereka bisa mengambil pelajaran dari khotbah tersebut meski mereka tak menunaikan shalat.
Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah pernah mengatakan, hendaknya para suami berdampingan berangkat bersama istri dan anak-anaknya ke tanah yang lapang sambil bertakbir. Ummu Athiyyah pernah menuturkan, kaum perempuan ketika pada masanya diperintahkan keluar rumah ketika hari raya yang penuh suka cita dan juga mengajak perempuan yang haid di mana mereka berada di belakang orang-orang yang shalat. Mereka bertakbir dan berdoa.
Dianjurkan agar saat berangkat dan pulang dari tempat pelaksanaan Idul Fitri melalui jalan yang berbeda. Pada praktiknya, shalat hari raya dikerjakan tanpa mengumandangkan azan dan iqamat. "Selain itu, tak satu pun dalil yang menetapkan adanya shalat sunah sebelum atau sesudahnya," kata Uwaidah.
Keterangan Ibnu Abbas menjadi sandaran tentang hal ini. Menurutnya, Rasulullah pernah pergi untuk menunaikan shalat pada hari raya. Dan kemudian beliau melaksanakan shalat dua rakaat dan tidak menjalankan shalat lain sesudah atau sebelumnya. Shalat hari raya jumlahnya dua rakaat. Pada rakaat pertama, setelah melakukan takbiratul ihram dan sebelum di lanjutkan dengan membaca al Fatihah, disunahkan untuk membaca kalimat takbir sebanyak tujuh kali.
Untuknya rakaat kedua, membaca kalimat takbir sebanyak lima kali sambil mengangkat tangan setiap kali bertakbir. Shalat ini sah, baik oleh laki-laki, perempuan, dan anak-anak, dalam keadaan musafir atau mukim secara berjamaah atau sendirian di lapangan, masjid, atau rumah. Mereka yang tertinggal shalat berjamaah hendaknya tetap shalat dua rakaat.
Uwaidah menambahkan, alangkah baiknya bila perempuan pun bersedekah. Mengenai hal ini, Jabir bin Abdullah menyatakan, Nabi Muhammad pernah turun dari mimbar setelah shalat dan khotbah. Ia kemudian mendatangi kaum perempuan serta mengingatkan mereka untuk bersedekah. Kala itu, Muhammad bersandar pada tangan Bilal.
Dan Bilal mengembangkan jubahnya. Tak lama berselang, para perempuan itu memasukkan sedekah ke dalam bentangan kain jubah itu. Jabir bertanya pada Atha, apakah itu merupakan zakat fitri dan dijawab bukan, melainkan sedekah pada hari tersebut. Ada di antara perempuan-perempuan itu yang melepas cincinnya dan apa pun yang mereka miliki.
Nabi Muhammad adalah sosok tauladan bagi umatnya. Nabi Muhammad juga menganjurkan bagi para umatnya untuk merayakan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Namun apa yang dilakukan Nabi Muhammad saat Lebaran?
Berikut adalah Cara Rasulullah SAW Merayakan Idul Fitri Dan Idul Adha Yang Penuh Suka Cita
1. Bertakbir
Nabi Muhammad SAW mulai bertakbir ketika waktu sudah tiba 1 Syawal. Nabi Muhammad melakukan takbir mulai dari Maghrib hingga menjelang pelaksanaan salat Idul Fitri. Seperti yang dijelaskan Allah dalam QS al Baqarah ayat 185:
"Dan hendaklah bilamana kalian(kaum muslimin) sempurnakan bilangan puasa serta bertakbir (membesarkan) nama Allah atas petunjuk yang telah diberikan-Nya kepadamu, semoga dengan demikian kamu menjadi umat yang bersyukur."
2. Membersihkan diri dan memakai wangi-wangian
Rasulullah SAW sebelum pergi untuk berangkat menunaikan salat Ied beliau melakukan mandi sunnah, memakai dan menggunakan wangi-wangian dan mengenakan pakaian yang terbaik pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
“Rasulullah SAW beliau memerintahkan kepada kaum muslimin agar pada waktu kedua hari raya menggunakan pakaian yang terbaik, memakai wangi-wangian yang terbaik dan berkurban dengan hewan yang paling berharga.” (HR. al Hakim)
3.Makan kurma sebelum berangkat salat Ied
“ketika saat Idul Fitri Rasulullah SAW belum langsung berangkat ke tempat salat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)Baca Juga : Khasiat Dari Mengkonsumsi Buah Kurma
4.Melaksanakan salat Idul Fitri
Ibnu Abbas mengisahkan bilamana Rasulullah senantiasa keluar rumah bersama istri-istri dan anak-anaknya pada dua hari besar umat Islam yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
“Sesungguhnya Baginda Rasulullah SAW selalu mengajak keluar seluruh istri dan anak-anak perempuan beliau pada saat dua hari raya.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)
Rasulullah lalu melaksanakan salat Ied berjamaah bersama keluarga dan umatnya.
"Aku selalu menunaikan salat dua hari raya bersama Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa suara azan dan iqamat.” (HR. Muslim)
Nabi Muhammad juga mengakhiri pelaksanaan shalat Idul Fitri, biasanya pada saat matahari sudah setinggi tombak atau sekitar dua meter. Hal ini dimaksudkan agar seluruh ummat Islam memiliki waktu yang cukup untuk menunaikan kebaikan yaitu zakat fitrah.
5.Memilih jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang dari salat Ied
“Jika Rasullullah SAW pergi untuk menunaikan salat hari raya, maka ketika pulang beliau menempuh jalan yang berlainan dengan di waktu berangkatnya.” (HR. Ahmad, & Muslim)
6.Mendatangi keramaian
Suatu ketika pada waktu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Rasulullah pernah menemani Aisyah untuk mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan tameng. Saking seru dan gembiranya, sebagaimana hadis riwayat Muslim, Bukhari dan Ahmad, Aisyah pernah sampai menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu Rasulullah sehingga dia dapat menyaksikan permainan itu dari atas bahunya Rasulullah dengan puas.
Baca Juga : Kenali Gejala Penyebab Asma
7.Bersilaturahim
Tradisi silaturahim selalu saling mengunjungi saat waktu hari raya Idul Fitri sudah ada sejak zaman Baginda Rasulullah SAW. Ketika Idul Fitri telah tiba, Rasulullah selalu mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun sebaliknya. Pada moment ini, Rasulullah dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Sama seperti yang dilakukan ummat Islam saat ini. Datang ke tempat Keluarga dengan saling mendoakan agar selalu mendapatkan berkah dan kebaikan serta di jauhkan dari keburukan baik di dunia dan diakhirat.